Rabu, 11 Desember 2013

LOMBA MENULIS 2

Alfamart Writing Contest, "Heroes In You"


Senyuman Mereka, Bahagia Ku
Sore hari ketika aku hendak menanak nasi, aku terdiam sejenak melihat beberapa kilogram beras yang ada di hadapanku. Tiba-tiba aku teringat dengan salah satu program stasiun televisi swasta yang menceritakan tentang orang-orang yang hidupnya penuh dengan kesulitan. Aku membayangkan bagaimana dengan orang-orang yang ada di luar sana. Apakah ketika nasi mereka habis dapat langsung kembali memasak? Jawabannya tidak. Mereka tidak bisa makan sebelum mencari nafkah banting tulang selama seharian itu pun dengan hasil yang tidak seberapa, Rp 20.000 pun tidak sampai, rata-rata hanya Rp 5.000 – Rp 10.000/hari. Miris melihat kondisi mereka yang serba kekurangan. Jangankan memikirkan masa depan, untuk hari esok saja nasib mereka tidak tahu seperti apa, entah bisa makan atau tidak. Lalu sambil aku mengambil beras dengan menggunakan kaleng bekas susu sebagai takarannya, aku berfikir betapa beruntungnya keluargaku. Alhamdulillah keadaan ekonomi kami serba berkecukupan. Hidup kami tak bergelimang harta dan jauh dari kesan mewah tapi aku masih bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan memiliki tempat tinggal yang layak. Aku bersyukur semua anggota keluargaku sudah merasakan bangku pendidikan bahkan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Sedangkan anak-anak dari orang tua mereka yang tak beruntung harus putus sekolah dan harus membantu mencari nafkah dalam usianya yang masih belia bahkan tak sedikit dari mereka yang menjadi tulang punggung keluarga. Ada berapa ribukah saudaraku yang bernasib seperti ini? Ya Allah sehatkanlah, lindungilah, ringankanlah beban mereka dalam menjalani hidup ini dan berikanlah mereka kesempatan untuk merasakan kebahagiaan. Walaupun hidup mereka serba susah dan hati kecilnya terasa sedih namun mereka tetap terlihat sabar, kuat, dan ikhlas. Aku sangat ingin membantu mereka. Menurutku, mereka adalah saudara kita yang memiliki hak untuk hidup layak. Karena di hadapan hukum, derajat atau kedudukan kita sama. Begitu pun di dalam agama yang membedakan ialah ketaqwaan. Mereka sangat pantas untuk mendapatkan sesuatu yang dianggap tak mampu bagi mereka, salah satunya pendidikan. Karena pendidikan dalam kehidupan mutlak diperlukan. Baik untuk bekal hidup di dunia maupun akhirat. Sesuai dengan pepatah, “Tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat!” Apalagi dengan persaiangan yang ketat di zaman sekarang ini, tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Hingga saat ini sudah banyak orang yang pintar. Jumlah lulusan sarjana sudah mencapai jutaan. Bahkan lulusan magister (S2) pun kini sudah semakin bertambah. Jadi, dengan bekal pendidikan yang kita miliki diharapkan hidup kita akan menjadi lebih baik. Tentunya harus diimbangi dengan ilmu agama agar kita tidak menjadi kufur atau lupa pada Tuhan yang sudah menciptakan kita.
Menurutku hidup akan berarti bila hidup kita bermanfaat atau berguna bagi orang lain. Salah satu mimpi terbesarku adalah mendirikan yayasan sosial pendidikan. Namun ku tahu ini tidak mudah. Butuh dukungan dari orang-orang yang juga memiliki mimpi yang sama seperti aku. Pernah suatu saat aku menyaksikan program acara di televisi. Ada sepasang suami istri yang rela menghabiskan waktunya untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak nelayan yang tidak mampu. Mereka dan orangtuanya sangat antusias dan mendukung karena sekolah ini tidak dipungut biaya alias gratis. Jumlah siswanya kurang lebih 30 orang. Dengan susah payah pasutri tersebut mendirikan bangunan yang merupakan hasil tabungan selama beberapa tahun. Bangunannya pun sangat sederhana, pondasi dan dindingnya menggunakan kayu dan triplek. Tetapi tempat para siswa untuk menuntut ilmu terancam digusur. Sungguh ironis. Disaat ada orang yang peduli dengan sesama dan banyak orang yang sangat membutuhkan pendidikan justru ada pihak yang tidak peduli seolah menutup mata. Padahal siswa-siswa tersebut adalah calon penerus bangsa. Hal yang serupa pula dialami mantan para pejuang yang dahulu rela berkorban jiwa dan raga melawan para penjajah. Kini diusianya yang sudah senja harus kembali berjuang untuk bertahan hidup. Di antara mereka ada yang menjadi tukang buah keliling, tukang es di lingkungan sekolah dan tempat tinggal salah satu veteran ini terletak di bawah kolong jembatan. Ke manakah kemerdekaan yang dulu mereka raih dan pertahankan? Indonesia dalam pengakuan dunia memang sudah merdeka. Tetapi sebagian dari bangsa Indonesia sendiri belum merasakan itu. Untuk itu, jika suatu saat aku sudah mampu secara finansial, aku ingin sekali mendirikan yayasan. Aku berharap dapat meringankan beban dan mengurangi kesedihan mereka. Sehingga dapat membantu mereka untuk menemukan kehidupan yang baru yang lebih baik.
Atau pun jika keberuntunganku ada pada bisnis dan sukses besar dalam bidang ini, aku ingin merekrut pekerja semaksimal mungkin untuk membantu pemerintah dalam menekan angka jumlah pengangguran dan ikut memajukan perekonomian nasional. Berdasarkan kutipan Presiden Amerika Serikat yang ke-35, John F Kennedy pada pidato pelantikannya tahun 1961 menyebutkan bahwa “Jangan tanyakan apa yang negara berikan pada mu tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negara mu!” Aku ingin seperti Pak Chairul Tanjung, beliaulah yang ada dibalik perusahaan besar seperti Carrefour, Bank Mega, Trans Studio Mall, Stasiun Trans TV dan TV7. Ada salah satu kutipan beliau yang aku suka di dalam bukunya yang berjudul Chairul Tanjung Si Anak Singkong, “Kita butuh banyak wirausaha yang nasionalis, nasionalis kerakyatan, karena ini tugas kemanusiaan. Karena kekayaan tdk dibawa mati. Inilah watak kebangsaan paling sejati. Kita berbuat tidak sekedar beretorika.” Buku beliaulah yang menginspirasikanku bahwa mimpiku harus terwujud. Semoga Allah mewujudkan mimpi-mimpiku.

0 komentar: